Makalah Bahasa Indonesia
Ejaan dan Tanda Baca
Dosen Pembimbing:
Misbahus Surur, M.Pd
Disusun Oleh :
1.
Iwan Sujarwo (12330009)
2.
Akhmad Zainuri (12330022)
3.
Ria Vianoca Anggita Rosanti (12330008)
4.
Fajri Rahmawati (12330034)
5.
Kartika Hudayana (12330037)
6.
Hakqi Nasruddin (12330024)
7.
Ainun Nadhir (12330015)
Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang Tahun
Pelajaran 2012/2013\
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah tidak lupa kami panjatkan trhadap kehadirat Allah SWT, sehingga
kami dapat menyelesaikan penulisan tugas makalah Bahasa Indonesia ini. Dalam
proses pengumpulan data-data dan juga proses pembuatan makalah ini tidak lepas
dari kerja keras kelompok kami. Makalah yang kami buat adalah mengenai EYD
khususnya dalam penggunaan tanda baca, yang di masa kini kurang begitu
diperhatikan dan jarang dipergunakan dalam suatu kepentingan yang non formal.
Semoga dengan makalah yang kami buat ini dapat menambah pengetahuan dan
pemahaman kita tentang seberapa pentingnya penggunaan tanda baca yang benar
sesuai dengan EYD. Kami sadar dalam penulisan makalah ini banyak terdapat
beberapa kekurangan. Akan tetapi kami yakin makalah ini dapat bermanfaat buat
kita semua. Selamat membaca
Malang, September 2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ejaan Adalah seperangkat aturan atau
kaidah pelambang bunyi bahasa, pemisahan, penggabungan, dan penulisanya dalam
suatu bahas. Batasan tersebut menunjukan pengertian kata ejaan berbeda
dengan kata mengeja. Mengeja adalah kegiatan melafalakan huruf, suku
kata, atau kata, sedangakan ejaan adalah suatu sistem aturan yang jauh
lebih luas dari sekedar masalah pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan cara
menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai
sarananya.
Ejaan merupakan kaidah yang harus
dipatuhi oleh pemakai bahasa demi keteraturan dan keseragaman hidup,
terutama dalam bahasa tulis. Keteraturan dalam bentuk akan berimplikasi pada
ketepatan dan kejelasan makna. Ibarat sedang menyetir kendaraan, ejaan adalah
rambu lalu lintas yang harus dipatuhi oleh setiap pengemudi. Jika para
pengemudi mematuhi rambu itu, terciptalah lalu lintas yang tertib, teratur, dan
tidak semrawut. Seperti itulah kira – kira bentuk hubungan antara pemakai dengan
ejaan.
Ejaan yang berlaku sekarang
dinamakan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). EYD yang resmi mulai diberlakukan
pada tanggal 16 Agustus 1972 ini memang upaya penyempurnaan ejaan yang sudah
dipakai selam dua puluh lima tahun sebelumnya yang dikenal dengan nama Ejaan
Republik atau Ejaan Soewandi (Menteri PP dan K Republik Indonesia pada tahun
itu diresmikan pada tahun 1947). Sebelum Ejaan Soewandi telah ada ejaan yang
merupakan ejaan pertama Bahasa Indonesia yaitu Ejaan Van Ophuysen (nama seorang
guru besar Belanda yang juga pemerhati bahasa) yang diberlakukan pada tahun
1901 oleh pemerintah Belanda yang menjajah Indonesia pada masa itu. Ejaan Van
Ophuysen tidak berlaku lagi pada tahun 1947.
Tandabaca adalah simbol yang tidak berhubungandenganfonematau
kata danfrasadalamsuatubahasa,melainkanberperanuntukmenunjukanstruktur Dan
organisasisuatutulisan,danjugaintonasisertajeda yang dapat di
amatisewaktepembacaan.Aturantandabacaberbedaantarabahasa,lokasi,waktu,danterusberkembang.Beberapaaspektandabacaadalahsuatugayaspesifik
yang karenanyatergantungpadapilihanpenulis.
1.2 RumusanMasalah
1.Apakah pengertianejaan?
2.Berapa macamkahejaan yang pernahberlaku di Indonesia?
3.apakah pengertiandaritandabaca?
1.3 Tujuan
Adapun
tujuan yang ingin kami capai dari penulisan karya tulis ini adalah:
2.Dapat
memahami tata cara dan letak dalam penggunaan tanda baca
3.Dapat
membuat sebuah karya tulis dengan tanda baca yang baik dan benar
4.Dapat
memahami dan mengembangkan tulisan dengan tanda baca yang baik dan benar
1.5 Manfaat
Dengan
diselesaikanya makalah ini, kami dapat memberikan manfaat antara lain
1.Dapat
menulis karya ilmiah dengan Ejaan tanda baca yang benar
2.Dapat
menggunakan tanda baca yang sesuai dengan konteks kalimat yang ada
3.Dapat
memahami penggunaan tanda baca untuk menulis sebuah karya ilmiah yang baik dan
benar
BAB.11
PEMBAHASAN
2.1Pengertian Ejaan
Ejaan adalah seperangkat aturan atau kaidah
pelambang bunyi bahasa, pemisahan, penggabungan, dan penulisanya dalam suatu
bahasa.
Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi
keteraturan dan keseragaman hidup, terutama dalam bahasa tulis. Keteraturan
dalam bentuk akan berimplikasi pada ketepatan dan kejelasan makna.
Ruang lingkup EYD
mencangkup lima aspek, yaitu:
1. Pemakaian Huruf
2. Penulisan Huruf
3. Penulisan Kata
4. Penulisan unsure serapan
5. Pemakaian Tanda Baca
1). Pemakaian huruf membicarakan bagian-bagian dasar dari
suatu bahasa, yaitu
1. Abjad
4. Pemenggalan
2.
Vokal
5. Nama Diri
3. Konsonan
2). Penulisan huruf membicarakan beberapa perubahan huruf
dari ejaan sebelumnya yang meliputi
1. Huruf Kapital
2. Huruf Miring
3). Penulisan kata membicarakan bidang morfologi dengan
segala bentuk dan jenisnya berupa
1. Kata Dasar
2. Kata Turunan
3.Kata Ulang
4. Gabungan Kata
5.Kata Ganti kau, ku, mu,dan nya
6.Kata Depan di, ke, dan dari
7.Kata Sandang si dan sang
8. Partikel
9.Singkatan dan Akronim
10. Angka dan Lambang Bilangan
4). Penulisan unsur serapan membicarakan kaidah cara
penulisan unsur serapan, terutama kosa kata yang berasal dari bahasa asing.
5). Pemakaian tanda baca (pungtuasi) membicarakan teknik
penerapan kelima belas tanda baca dalam penulisan dengan kaidanya masing-masing
Di dalam hal ini, kita akan mempelajari ejaan yang nomor
lima yaitu penggunaan tanda baca
\
BAB II
ISI
2.1 Pemakaian Tanda Baca
Dalam hal pembuatan karangan ilmiah,
kesalahan huruf dan tanda baca sering muncul. Dan di dalam penulisan tanda baca
sering sekali kita lalai dan melakukan kesalahan dalam penulisanya. Sehingga
menjadikan karangan atau karya ilmiah kita menjadi sebuah karya yang kurang
baik karena ada kesalahan dalam penulisanya. Dari berbagai kesalahan itu,
sebenarnya para penulis karya ilmiah mampu untuk membuat tulaisanya, akan
tetapi mereka sering lalai dan ceroboh dalam penggunaan tanda baca. Karena apa,
tanda baca selalu di anggap sepele dalam penggunaanya sehingga kadang
menjadikan kalimat itu menjadi rancu dan berbeda arti. Suatu contoh kita ambil
kalimat “kucing makan tikus mati”. Dalam konteks kalimat ini jika tidak kita
beri pemisah tanda baca maka akan menjadikanya sulit untuk dipahamai. Dari
kalimat “kucing makan tikus mati” siapakah yang mati dalam konteks kalimat
ini?, akan tetapi apabila kita ganti konteks kalimat ini dengan pemberian tanda
baca seperti ini ”kucing makan, tikus mati”, siapakah yang mati dalam konteks
kalimat ini?, kemudian apabila kita gunakan konteks kalimat ini ”kucing makan
tikus, mati”, siapakah yang mati dalam konteks kalimat ini?. Kucing makan tikus
mati adalah salah satu contoh kalimat yang banyak persepsi apabila kita salah
menggunakan tanda bacanya. Oleh karena itu, pemakaian tanda baca dalam
penyusunan kalimat sangat perlu untuk diperhatikan.
2.2 Macam-macam tanda baca
Tanda tanda baca yang dipakai dalam
penuisan yaitu:
1. Tanda titik(.)
2. Tanda koma(,)
3. Tanda titik
koma(;)
4. Tanda titik dua (:)
5. Tanda hubung(-)
6. Tanda pisah (_)
7. Tanda elipis(…)
8. Tanda Tanya(?)
9. Tanda seru(!)
10. Tanda kurung((…))
11. Tanda kurung siku([…])
12. Tanda petik ganda(“…”)
13. Tanda petik tunggal(‘…’)
14 .Tanda garis miring(/)
15. Tanda penyingkat(‘)
2.3Fungsi tanda baca
Dari macam-macam tanda baca yang
telah disebutkan tadi, masing masing tanda baca memiliki fungsi dan kegunaanya
masing-masing.
Fungsi dari macam-macam tanda
tersebut adalah:
2.3.1 Tanda Titik (.)
1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan
pertanyaan atau seruan.
Misalnya:
Ayahku tinggal di Solo.
Biarlah mereka duduk di sana.
Dia menanyakan siapa yang akan datang.
2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf
dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
Misalnya:
A. III. Departemen Dalam Negeri
a. Direktorat Jenderal Pembangunan
Masyarakat Desa
b. Direktorat Jenderal Agrararia
b. 1. Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2 Ilustrasi
1.3 Gambar Tangan
1.4Tabel
1.5 Grafik
Catatan:
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau
huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang
terakhir dalam deretan angka atau huruf.
3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam,
menit, dan detik yang menunjukan waktu.
Misalnya:
pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)
4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit,
dan detik yang menunjukan jangka waktu.
Misalnya:
1.35.20 jam ( 1 jam, 35 menit, 20 detik)
0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
0.0.30 jam (30 detik)
5. Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul
tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat
terbit dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara.
Weltervreden: Balai Poestaka.
6. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatannya.
Misalnya:
Desa itu berpenduduk 24.200 orang.
Gempa yang terjadi semalam menewaskan 1.231 jiwa.
7. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan
bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukan jumlah.
Misalnya:
Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
Lihat halaman 2345 dan seterusnya.
Nomor gironya 5645678.
8. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang
merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Misalnya:
Acara kunjungan Adam Malik
Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD ‘45)
Salah Asuhan
9. Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat
pengirim dan tanggal surat atau (2) nama dan alamat penerima surat.
Misalnya:
Jalan Diponegoro 82 (tanpa titik)
Jakarta (tanpa titik)
1 April 1985 (tanpa titik)
Yth. Sdr. Moh. Hasan (tanpa titik)
Jalan Arif 43 (tanpa titik)
Palembang (tanpa titik)
Atau:
Kantor Penempatan Tenaga (tanpa titik)
Jalan Cikini 71 (tanpa titik)
Jakarta (tanpa titik)
2.3.2 Tanda Koma (,)
1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu
perincian atau pembilangan.
Misalnya:
Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
Surat biasa, surat kilat, ataupun surat khusus memerlukan
perangko.
2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang
satu dari kalimat serata berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau
melainkan.
Misalnya:
Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.
3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari
induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.
4. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak
kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:
Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
Dia lupa akan janjinya karena sibuk.
Dia tahu bahwa soal itu penting.
5. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan
penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh
karena itu, jadi, lagi pula,meskipun begitu, akan tetapi.
Misalnya:
... Oleh karena itu, kita harus hati-hati.
... Jadi, soalnya tidak semudah itu.
6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti kata
seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang lain yang terdapat di
dalam kalimat.
Misalnya:
O, begitu?
Wah, bukan main!
Hati-hati, ya, nanti jatuh.
7. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari
bagian lain dari kalimat.
Misalnya:
Kata Ibu, “ Saya gembira sekali.”
“Saya gembira sekali,” kata Ibu, “karena kamu lulus.”
8. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii)
bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan
wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
(i) Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Pakuan, Bogor.
(ii) Sdr. Anwar, Jalan Pisang Batu 1, Bogor
(iii) Surabaya, 10 Mei 1960
(iv) Kuala Lumpur, Malaysia.
9. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang
dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Alisjahbana, Sultan Takdir. 1949. Tatabahasa Baru Bahasa
Indonesia. Jilid 1 dan 2. Djakarta: PT Pustaka Rakjat.
10. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar
akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri,
keluarga, atau marga.
Misalnya:
B. Ratulangi, S.E.
Ny. Khadijah, M.A.
11. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan
yang sifatnya tidak membatasi.
Misalnya:
Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, berkunjung ke Manado.
Semua siswa, baik yang laki-laki maupun yang perempuan,
mengikuti latihan paduan suara.
Bandingkan dengan keterangan pembatas yang pemakaiannya
tidak diapit tanda koma:
Semua siswa yang lulus ujian mendaftarkan namanya pada
panitia.
12. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluh atau di
antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya:
12,5 m
Rp 12,50
13. Tanda koma dapat dipakai––untuk menghindari salah
baca––di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan
sikap yang bersungguh-sungguh.
Atas bantuan Edyar, Agus mengucapkan terima kasih.
Bandingkan dengan:
Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam
pembinaan dan pengembangan bahasa.
Agus mengucapkan terima kasih atas bantuan Edyar.
14. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan
langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan
langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
Misalnya:
“ Di mana Saudara tinggal?” tanya Karim.
“Berdiri lurus-lurus!” perintahnya.
2.3.3 Tanda Titik Koma (;)
1. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan
bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Misalnya:
Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.
2. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata
penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
Misalnya:
Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; Ibu sibuk memasak di
dapur; Adik menghapal nama-nama pahlawan nasional.
2.3.4. Tanda Titik Dua (:)
1. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang
memerlukan pemerian.
Misalnya:
Ketua : Moch. Achyar
Sekretaris : Tati Suryati
Bendahara : Noviana Pertiwi
2. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor
dan halaman, (ii) di antara surah dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara
judul dan anak judul suatu karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan
dalam karangan.
Misalnya:
(v) Tempo, I (34), 1971:7
(vi) Surah Yasin:9
(vii) Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah
Studi, sudah terbit.
(viii) Marzuki dan Rudy W. 2006. Pembuatan Aneka Kerupuk.
Jakarta: Penebar Swadaya.
3. Titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata
yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya:
Ayah : “Karyo, sini kamu!”
Karyo : (datang menghampiri) “Ada apa, Pak?”
Ayah : “Tolong ambilkan sepatu hitam yang di atas lemari!”
4. Titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan
lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian.
Misalnya:
Pak Adi mempunyai tiga orang anak: Ardi, Aldi, dan Asdi.
Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja,
dan lemari.
2.3.5. Tanda Hubung (-)
1. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar atau kata
berimbuhan yang terpisah oleh pergantian baris.
Misalnya:
|
2. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya:
Anak-anak, kupu-kupu, berulang-ulang, kemerah-merahan,
mondar-mandir, sayur-mayur
3. Tanda hubung menyambung huruf dari kata yang dieja
satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
Misalnya:
p-a-n-i-t-i-a
17-08-1945
4. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan kata dengan kata
berikutnya atau sebelumnya yang dimulai dengan huruf kapital, kata/huruf dengan
angka, angka dengan kata/huruf.
Misalnya:
se-Indonesia,
se-Jabodetabek, mem-PHK-kan, sinar-X, peringkat ke-2, S-1, tahun 50-an
5. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa
Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Misalnya:
di-smash, pen-tackle-an
Tanda Pisah
1. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang
memberi penjelasan di luar bangun kalimat.
Misalnya:
Kemerdekaan bangsa itu––saya yakin akan
tercapai––diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
2. Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau
keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Misalnya:
Rangkaian temuan ini––evolusi, teori kenisbian, dan kini
juga pembelahan atom––telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau kata
dengan arti ‘sampai dengan’ atau ‘sampai ke’.
Misalnya:
2004––2009
tanggal 1––10 Mei 2007
Jakarta––Bandung
Tanda Elipsis (...)
1. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat atau dialog yang
terputus-putus.
Misalnya:
Kalau begitu ... ya, ayo kita berangkat.
2. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau
naskah ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya:
... selanjutnya akan di bawa ke pengadilan.
Ibu baru pulang ... pasar.
Catatan:
Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, maka
perlu dipakai empat buah titik; tiga titik untuk menandai penghilangan teks dan
satu titik untuk menandai akhir kalimat.
Misalnya:
Ibu baru pulang dari....
2.3.6 Tanda Tanya
1. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya:
Kapan ia berangkat?
Saudara tahu, bukan?
2. Tanda tanya dipakai di dalam kurung untuk menyatakan
bagian kalimat yang disangsikan kebenarannya.
Misalnya:
Ia dilahirkan pada tahun 1983 (?).
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.
2.3.7 Tanda Seru (!)
1. Tanda seru dipakai pada akhir kalimat printah.
Misalnya:
Bersihkan kamar itu sekarang juga!
Jangan berisik!
2. Tanda seru dipakai pada akhir ungkapan atau pernyataan
yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ketakjuban, ataupun rasa
emosi yang kuat.
Misalnya:
Alangkah seramnya peristiwa itu!
Indah sekali pemandangan alam ini!
Merdeka!
2.3.8 Tanda Kurung ((...))
1. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau
penjelasan.
Misalnya:
Komisi A telah selesai menyusun GBPK (Garis-Garis Besar
Program Kerja) dalam sidang pleno tersebut.
2. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang
bukan bagian integral pokok pembicaraan.
Misalnya:
Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan perkembangan
per-ekonomian Indonesia lima tahun terakhir.
3. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci
satu urutan keterangan.
Misalnya:
Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga
kerja, dan (c) modal.
4. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya
di dalam teks dapat dihilangkan.
Misalnya:
Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia
menjadi kokain(a).
Sahrul Gunawan berasal dari (kota) Bogor.
2.3.9 Tanda Kurung Siku ([...])
1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok
kata sebagai korekssi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang
ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu
memang terdapat di dalam naskah asli.
Misalnya:
Sang Puteri men[d]engar bunyi gemerisik.
2. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat
penjelas yang sudah bertanda kurung.
Misalnya:
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di
dalam Bab II [lihat halaman 35––38]) perlu dibentangkan di sini.
2.3.10 Tanda Petik (“...”)
1. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari
pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lainnya.
Misalnya:
“Saya belum siap,” kata Mira, “tunggu sebentar!”
Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, “Bahasa negara ialah bahasa
Indonesia.”
2. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku
yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
Sajak “Berdiri Aku” terdaapat pada halaman 5 buku itu.
Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul “Rapor dan Nilai
Prestasi di SMA” diterbitkan dalam harian Tempo.
3. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal
atau kata yang mempunyai arti khusus.
Misalnya:
Saat ini ia sedang tidak mempunyai pacar yang di kalangan
remaja dikenal dengan “jomblo”.
Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan “si Hitam”.
2.3.11 Tanda Petik Tunggal (‘...’)
1. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di
dalam petikan lain.
Misalnya:
Tanya Basri, Kau dengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”
“Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, ‘Ibu,
Bapak pulang’, dan rasa letihku lenyap seketika,” ujar Pak Hamdan.
2. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau
penjelasan kata atau ungkapan asing.
Misalnya:
Feed-back berarti ‘balikan’.
2.3.12 Tanda Garis Miring (/)
1. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor
pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Misalnya:
No. 12/PK/2005
Jalan Kramat III/10
Masa Bakti 2005/2006
Tahun Ajaran 2006/2007
2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau,
tiap.
Misalnya:
Laki-laki/Perempuan
120 km/jam
2.3.13 Tanda Penyingkat atau
Apostrof (‘)
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau
bagian angka tahun.
Misalnya:
Gunung pun ‘kan kudaki. (‘kan = akan)
17 Agustus ’45 (’45 = 1945)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Penggunaan tanda baca perlu
diperhatikan dalam penulisan karya tulis atau karya ilmiah.
2. masing masing tanda baca
memiliki aturan dan tata letak penggunaanya, sehingga kita harus cermat dalam
menggunakan tanda baca dan menempatkan tanda baca pada aturan yang telah di
tetapkan.
Penggunaan ejaan yang
disempurnakan (E Y D) sangat dibutuhkan dalam penulisan karya tulis ilmiah agar
sebuah karya tulis ilmiah tersebut dapat tersusun dengan baik dan mudah
dipahami.
Dari berbagai macam kesimpulan, maka penggunaan tanda baca
perlu untuk dipahami dan dipelajari lebih detail agar penggunaan tanda baca
pada karya ilmiah yang kita buat menjadi benar dan mudah dipahami oleh
orang-orang yang akan membaca karya tulis kita.
3.2 Penutup
Dari tugas makalah tersebut, banyak hal yang dapat kita pelajari. Seperti
halnya yang sudah kami harapkan dan sampaikan pada kata pengantar tugas makalah
ini, yaitu semoga dengan terselesaikannya makalah ini dapat menambah wawasan kita
dan pemahaman kita mengenai pengguanaan tanda baca yang baik dan benar yang
tentu saja sesuai dengan EYD.
Dan demikian makalah yang dapat kami buat. Apabila ada kata-kata yang kurang
berkenan di hati atau belum sesuai dengan apa yang Anda harapkan, kami mohon
maaf. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun kami agar
dalam tugas-tugas selanjutnya,kami dapat menyelesaikannya dengan lebih baik
lagi.
Daftar Pustaka
Sugihastuti, dkk. 2006. Editor
Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
Finoza, Lamudin. 1993.Komposisi
Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia,.
Alwi, Hasan. Dkk. 2003, Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi-2. Jakarta: Balai Pustaka.
Saya Rambo Hitam dari Grammy, saya bekerja di Kem Grammy, isteri saya meninggal dunia 6 tahun yang lalu dan sejak saya menjaga anak tunggal saya bernama Clinton, seorang kawan nasihat saya untuk mencari isteri, pada pencarian saya bertemu Jennifer dia dan wanita Inggeris, Saya suka begitu banyak bahawa saya boleh memberikan segala-galanya dia berusia 37 tahun, selepas beberapa waktu bertarikh saya begitu banyak cinta dengannya, kami mempunyai beberapa salah faham, dan dia pecah dengan saya dan saya merayu kepadanya untuk kembali anak saya dipanggil dia berkata Tidak, bahawa dia telah menemui orang lain, dan kita suka antara satu sama lain selepas beberapa hari saya membaca artikel tentang bagaimana Dr Lomi boleh membantu membawa kembali , Saya memutuskan untuk mencuba, saya menghubungi Dr Lomi untuk membantu beliau memberitahu saya apa yang perlu dilakukan untuk membawa balik kekasih saya yang saya lakukan, dia melakukan doa dan Jennifer kembali dia mencintai saya dan menghargai saya lebih sekarang, dan kami mempunyai masa terbaik dalam hidup kita, Dr Lomi juga menyediakan beberapa herba semulajadi yang membuat saya kuat dan sihat lagi sekarang saya merasa seperti seorang pemuda saya berpuas hati dengan seksualnya sangat baik kita berdua gembira, hubungi Dr Lomi pada nombor WhatsApp +2349034287285 atau e-mel kepadanya di lomiultimatetemple@gmail.com HE MEMPUNYAI PENYELESAIAN TERBAIK UNTUK ANDA
ReplyDelete