Nama: Iwan Sujarwo
NIM: 12330009
Jurusan: Pendidikan Bahasa Arab
Mata Kuliah: Bahasa Indonesia
Tugas: Menulis Cerpen
Lamunan Kerinduan
Sore
ini cuacanya mendung, diamana aku sedang duduk di samping jendela kamar yang
setengah terbuka, sambil mengetik tugas kuliah yang harus dikumpulkan senin
depan. Terbersit dalam pikiranku tentang ujian ma’had yang besok akan kujalani,
sebagai formalitas dari proses belajarku selama ini. Padahal sedikitpun aku
belum mengulang apa yang telah kupelajari. Sekali-kali kupandangi ke arah
jendela di sebelah kiriku. Tiupan angin pun menyertai rintik-rintik air yang
membasahi halaman depan teras pondok tempat aku tinggal dan belajar saat ini.
Ma’had yang memiliki nama Sunan Ampel Al-‘Ali bertempat di UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang.
Suasana
yang begitu tenang, membawaku ke dalam sebuah lamunan. Aku teringat pada
sesosok perempuan yang dulu begitu aku sayangi, dan mungkin hingga saat ini rasa
itu kupertahankan. Taburan bumbu berwujud sebuah senyuman, semakin menambah
kenikmatan hasil racikan imajinasiku tentangnya.
Entah
kenapa, tepat di tengah tulang rusukku, kurasakan kengiluan yang tiada aku
mengerti apa penyebabnya. Aku mulai bertanya pada diriku, mungkinkah ini yang dinamakan rindu?, aku tertawa dalam hati menanggapi
pertanyaanku itu, sambil mengekspresikannya dengan senyum kecilku. Sesungguhnya
tak hanya sekali dua kali saja aku merasakan hal semacam ini. Sosok itu begitu
melekat dalam pikiranku. Terkadang dia hadir dari cerita yang dulu pernah aku
alami, saat ku masih terbiasa bercengkrama dengan wujud lahirnya yang begitu
indah dalam penilaian kasat mataku.
Tak jarang
aku juga merefleksikan sebuah pertanyaan kepada diriku sendiri, “apa yang
sebenarnya telah kau temukan dari keistimewaan dirinya, sehingga kau
mencintainya?”, dan diriku pun menjawab dengan penuh spekulasi,”aku juga
bingung, apakah rasa ini hanya indikasi dari nafsu yang bergejolak dalam jiwa,
ataukah memang benar ini adalah sebuah rasa yang benar tulus adanya?. Tapi jika
memang aku mencintainya dari sisi keindahan “dzohir”nya saja, kurasa tak
mungkin. Pendapatku ini bukannya tanpa alasan, betapa mungkin diriku yang sudah
setahun lamanya tak berjumpa dengannya wujud lahirnya, masih merasakan benar
kerinduan yang begitu menggelitik?,meski tak dapat kupungkiri bahwa selama
jasad ini jauh terhadapnya, pernah kurasakan satu jam saja mengagumi seseorang, mungkin sehari mulai
menyukai seseorang, dan mungkin juga seminggu telah kucintai seseorang, tapi
yang lebih tak mungkin bisa kupungkiri adalah bahwa ada seseorang yang tak akan
pernah kulupakan dalam hidup ini, ialah dia yang ku kasihi.
Kurasa
memang benar, bahwa cinta adalah suatu pemberian, dan bukanlah sebuah
perencanaan akal yang dipengaruhi oleh pencitraan indra, yang sering
dipengaruhi nafsu. Aku juga baru merasakan, bahwa aku yang menyukai sesuatu itu
sejatinya adalah aku yang sedang sakit. Ternyata aku telah memuji keindahan
dzat Tuhan, yang bersemayam dalam wadah raganya, membuatku silau akan keindahan
lahir dunia, cukuplah itu sebagai penyebab yang membuatku sulit memahami eksistensi
Tuhan yang Maha Jelas.
Rasa
ini membuatku begitu gelisah, risau, dan resah jika harus pisah dari mengingatnya. Ah entahlah, tak mungkin
bisa ku gambar semua yang ada dalam benakku ini. Jika memungkinkan dia tahu
perasaanku ini, aku ingin mengatakan ini padanya; Wahai engkau pemilik hatiku,
taukah dirimu tentang kesibukanku ketika kau pergi jauh meninggalkanku? Ya,
mengumpulkan butir-butir kerinduan yang semakin lama kian memenuhi relung
hatiku”.
Mengapa saya memberi judul "CERPEN YANG SESUAI DENGAN NAMANYA", karena memang Cerita Pendek kan? kalo terlalu panjang ceritanya, saya kawatir bukan cerpen lagi namanya. Hehee
No comments:
Post a Comment