Penciptaan Alam Semesta Dalam Pandangan
Al-Qur'an Sepanjang zaman manusia selalu ingin tahu bagaimana alam semesta tak
bertepi ini berawal, kemana ia menuju bagaimana hukum yang menjaga tatanan dan
keseimbangannya bekerja. Selama ratusan tahun para ilmuwan dan pemikir telah
melakukan banyak penelitian tentang hal ini dan memunculkan sedikit sekali
teori. Gagasan yang umum di abad ke XIX adalah alam semesta merupakan kumpulan
materi dengan ukuran tak hingga yang telah ada sejak dulu kala dan akan terus
ada selamanya. Selain menetapkan dasar berpijak bagi faham materialis,
pandangan ini menolak keberadaan pencipta dan menyatakan bahwa alam semesta
adalah tidak berawal dan tidak berakhir, penganut faham materialis adalah Karl
Maks, Vladimir I. Lenin, Friedrich Engels, Leon Trotsky dll.
Materialisme adalah faham yang
meyakini materi sebagai satu satunya keberadaan mutlak dan menolak keberadaan
apapun selain materi. Berakar pada kebudayaan Yunani kuno dan mendapat
penerimaan yang luas pada abad ke XIX, faham ini menjadi terkenal dalam bentuk
faham materialisme dialektika Karl Maks. Para penganut faham materialisme
meyakini bahwa alam semesta tak hingga sebagai landasan berpijak bagi faham
atheis mereka, misalnya dalam buku PRINCIPES FONDAMENTAUX DE PHILOSOPHIE
filosof materialis Georges Politzer menyatakan : “Alam semesta bukanlah suatu
hal yang diciptakan, jika ia diciptakan, ia sudah pasti diciptakan oleh Tuhan
dengan seketika dan dari ketiadaan” Ketika Pulitzer berpendapat bahwa alam
semesta tidak diciptakan dari ketiadaan, ia berpijak pada model alam semesta
statis abad XIX yang menganggap dirinya sedang mengemukakan sebuah pernyataan
dirinya, namun ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang pada abad XX
akhirnya melumpuhkan gagasan kuno yang dinamakan materialisme ini. Telah
ditemukan bahwa alam semesta tidaklah tetap seperti dugaan faham materialisme,
tetapi malah sebaliknya, ia terus mengembang. Selain berbagai pengamatan dan
perhitungan telah membuktikan bahwa alam semesta memiliki permulaan dan ia
diciptakan dari ketiadaan melalui ledakan raksasa.
Kini fakta ini telah diterima diseluruh dunia
ilmu pengetahuan. Pada tahun 1929 ahli astronomi berkebangsaan Amerika Hubble
melalui pengamatan-pengamatannya pada galaksi-galaksi yang tersebar di langit,
ia menemukan bahwa mereka memancarkan cahaya merah sesuai dengan jaraknya, ini
berarti bahwa bintang-bintang tersebut bergerak menjauihi kita, sebab menurut
hukum fisika yang berlaku, spectrum cahaya berwarna yang sedang bergerak
mendekati pengamat cenderung berwarna ungu, sedangkan yang menjauhi pengamat
cenderung berwarna merah. Selama proses pengamatan spectrum cahaya
bintang-bintang yang diamati cenderung berwarna merah, ini berarti
beintang-bintang tersebut cenderung bergerak menjauhi kita (warna spektrum
cahaya : merah-jingga-kuning-hijau-biru-nila-ungu). Jauh sebelumnya, Hubble
telah membuat penemuan penting lainnya, bintang dan galaksi tidak hanya
bergerak menjauhi kita tetapi juga saling menjauhi satu sama lain. Satu-satunya
yang dapat disimpulkan dari suatu alam semesta dimana satu sama lain bergerak
saling menjauhi adalah ia secara terus menerus mengembang.
Agar mudah dipahami, alam
semesta dapat diumpamakan sebagai permukaan balon yang sedang mengembang.
Sebagaimana titik-titik di permukaan balon yang bergerak menjauhi satu sama
lain ketika balon membesar, benda-benda di luar angkasa juga bergerak menjauhi
satu sama lain ketika alam semesta terus mengembang. Pada tahun 1917 Einstein
telah merumuskan persamaan matematis yang diharapkan dapat melukiskan sifat dan
kelakuan alam semesta. Karena terpengaruh faham alam semesta statis, Einstein
mencari penyelesaian persamaan tersebut yang dapat melukiskan alam semesta yang
bersifat statis. Tahun 1917 Friedman menunjukkan bahwa persamaan Einstain yang
asli (sebelum dilakukan perubahan sehingga sesuai dengan faham alam semesta
statis) melukiskan bahwa alam semesta tidaklah statis, melainkan berkembang.
Dikemudian hari Einstein menyadari bahwa tindakannya itu adalah sebagai
kesalahan terbesar dari kariernya sebagai ilmuwan. Apa arti dari mengembangnya
alam semesta?. Mengembangnya alam semesta berarti jika alam semesta bisa
bergerak mundur ke masa lampau maka ia akan terhenti berasal dari satu titik
tunggal. Perhitungan menunjukkan titik tunggal ini yang berisi semua materi
alam semesta haruslah mempunyai volume nol dan mempunyai kepadatan tak hingga.
Alam semesta telah terbentuk
melalui ledakan titik tunggal bervolume nol ini. Ledakan raksasa yang menandai
permulaan alam semesta ini disebut dengan Big Bang, dan teorinya dikenal dengan
nama tersebut. Perlu diketahui bahwa volume nol merupakan pernyataan teoritis
yang dipakai untuk memudahkan pemahaman. Ilmu pengetahuan dapat mendefinisikan
konsep ketiadaan yang berada diluar batas pemahaman manusia hanya dengan
menyatakannya sebagai titik bervolume nol. Sebenarnya bahwa titik tak bervolume
berarti ketiadaan. Demikianlah, alam semesta muncul dari ketiadaan, dengan kata
lain ia telah diciptakan. Fakta ini yang baru ditemukan fisika modern abad XX
telah dinyatakan dalam Al Quran empat belas abad yang lampau, :“Dia pencipta
langit dan bumi“ (QS Al An’am 101).
Teori Big Bang menunjukkan semua benda
alam semesta pada awalnya adalah satu wujud, dan kemudian terpisah-pisah.
Kenyataan ini yang dikemukan teori Big Bang, sekali lagi telah dinyatakan dalam
Al Quran empat belas abad yang lalu saat manusia memiliki kemampuan terbatas
tentang alam semesta : “Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui
bahwasanya pada langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu,
kemudian kami pisahkan antara keduanya” (QS Al Anbiyaa’ 30). Ini diartikan
bahwa keseluruhan materi diciptakan melalui Big Bang atau ledakan raksasa dari
satu titik tunggal dan membentuk alam semesta kini dengan cara pemisahan satu
dari yang lain. Mengembangnya alam semesta adalah salah satu bukti terpenting
yang ditunjukkan alam semesta yang diciptakan dari ketiadaan. Meski tak
ditemukan oleh ilmu pengetahuan hingga abad XX, Allah telah memberi tahu kita
akan kenyataan ini dalam Al Quran yang diturunkan empat belas abad yang lalu :
“Dan langit itu kami bangun dengan kekuasaan/kekuatan Kami (dentuman besar) dan
sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya” (QS Adz Dzariyat 47). Big Bang
merupakan petunjuk nyata bahwa alam semesta telah diciptakan dari ketiadaan,
dengan kata lain ia telah diciptakan Allah. Inilah alasan mengapa para astronom
yang menganut faham materialis senantiasa menolak Big Bang dan mempertahankan
gagasan alam semesta tak hingga. Alasan ini mengemuka dalam pernyataan A.S.
Eddington, salah satu fisikawan materialis yang sangat terkenal : “Secara
filosofis gagasan tentang permulaan tiba-tiba dan tatanan alam yang ada saat
ini sungguh menjijikkan bagi saya”.
Bilamana mahaledakan itu terjadi? Dari
pengetahuan kita mengenai kecepatan berkembangnya alam semesta diperkirakan
peristiwa terjadi antara sepuluh sampai lima belas milyar tahun yang lalu.
Kemudian, dari keliling kosmos dan umurnya, dapat dihitung kembali suhu alam
semesta sesaat sesudah ledakan itu terjadi. Diperkirakan pada saat itu suhu
kosmos melebihi seratus juta-juta-juta-juta-juta derajat. Karena kerapatan
materi yang sangat tinggi dan suhu yang sangat tinggi pula, orang tidak dapat
menamakan keadaan alam semesta pada waktu itu. Kerapatan tinggi pada suhu
rendah membentuk zat padat; kerapatan rendah pada suhu tinggi membentuk gas.
Tetapi kerapatan materi yang sangat tinggi yang dibarengi dengan suhu yang
sangat tinggi ilmuwan pun tidak tahu keadaannya kecuali menamakannya sebagai
“sop-kosmos”; suatu fluida. Istilah sop kosmos; suatu fluida barulah diketahui
setelah berkembangnya ilmu fisika moderen, tetapi Al-Quran telah
mengisyaratkannya dalam ayat 7 Surah Hud ”Dan Dialah yang telah menciptakan
alam semesta dalam enam masa, adapun ‘ArsyNya telah tegak diatas air…….
Kata-kata ArsyNya telah tegak diatas air (sebelum alam semesta diciptakan)
mengandungg arti bahwa kekuasaaNya telah ditegakkan sebelum alam semesta
tercipta. Pada saat itu materi beserta ruang kosmos sudah diatur oleh Allah;
dan mereka mengikuti serta tunduk pada peraturan-peraturan itu.
Kemahaperkasaan Allah dalam
mengatur proses penciptaan alam semesta dilkukiskan dalam Surah Al-Fushilat
ayat 11 : ”Dalam pada itu Dia mengarah pada pada penciptaan langit (sama) dan
langit (sama) itu berupa asap, lalu Dia berkata kepada langit dan bumi,
“Datanglah kamu berdua dengan patuh atau terpaksa”; keduanya berkata “Kami
datang dengan patuh”. Jadi pada saat penciptaan alam semesta, Allah telah
menetapkan berlakunya hukum-hukum alam sebagai sunatullah.
Dengan berlakunya hukum-hukum alam ini maka
semua makhluk, baik ruang kosmos, atom, molekul, partikel, dan seluruh materi
yang tersusun sebagai benda mati atau hidup, matahari, bumi, bintang, galaksi,
dan sebagainya berjalan sepanjang waktu sesuai dengan panggarisan hukum-hukum
tersebut. Tida ada satupun yang menyimpang kecuali dengan izin Allah. Seorang
materialist lain, astronom terkemuka asal Inggris, Fred Hoyle, adalah termasuk
yang `paling terganggu oleh teori Big Bang. Dipertengahan abad ke XX, Hoyle
mengemukakan suatu teori yang disebut Steady State yang mirip dengan teori alam
semesta tetap abad ke XIX.
Teori Steady State menyatakan
bahwa alam semesta berukuran tak hingga dan kekal sepanjang masa. Dengan tujuan
mempertahankan faham materialis, teori ini sama sekali berseberangan dengan
teori Big Bang yang menyatakan bahwa alam semesta ini memiliki permulaan.
Mereka yang mempertahankan teori steady state telah lama menentang teori Big
Bang, namun ilmu pengetahuan justru melumpuhkan pandangan mereka. Pada tahun
1948, George Gamow muncul dengan gagasan lain tentang Big Bang. Ia mengatakan
setelah pembentukan alam semesta dari ledakan raksasa, sisa radiasi yang
ditinggalkan oleh ledakan ini haruslah ada di alam. Selain itu radiasi ini
haruslah tersebar merata di segenap penjuru alam semesta. Bukti yang seharusnya
ada ini pada akhirnya diketemukan. Pada tahun 1965 Penzias dan Wilson menemukan
gelombang ini tanpa sengaja. Radiasi ini disebut dengan radiasi latar kosmis,
tidak terlihat memancar dari satu sumber tertentu, tetapi meliputi keseluruhan
ruang angkasa. Demikianlah diketahui bahwa sisa radiasi ini adalah peninggalan
dari tahap awal peristiwa Big Bang.
Pada tahun 1989, NASA
mengirimkan satelit ke ruang angkasa untuk melakukan penelitian radiasi latar
kosmis. Hanya perlu delapan menit bagi sateli tersebut untuk membuktikan hasil
penetian/perhitungan Penzias dan Wilson. Satelit Nasa tersebut telah menemukan
sisa ledakan raksasa pada awal pembentukan alam semesta. Dinyatakan sebagai
penemuan astronomi terbesar sepanjang masa, penemuan ini dengan jelas
membuktikan penemuan teori Big Bang. Segala bukti meyakinkan ini menyebabkan
teori Big Bang diterima seluruh masyarakat ilmiah. Model Big Bang adalah titik
terakhir yang dicapai ilmu pengetahuan tentang asal muasal alam semesta.
Dengan kemenangan Big Bang, mitos materi kekal
yang menjadi dasar berpijak faham materialis terhempaskan ke dalam tumpukan
sampah sejarah. Lalu keberadaan apakah sebelum Big Bang dan kekuatan apa yang
memunculkan alam semesta sehingga menjadi ada dengan ledakan raksasa in saat
alam tersebut tidak ada? Filosof atheis terkenal Anthony Flew berkata :
”Sayangnya pengakuan adalah baik bagi jiwa. Karenanya, saya akan memulai dengan
pengakuan bahwa kaum Atheis Stratonesian terpaksa dipermalukan oleh kesepakatan
kosmologi zaman ini. Sebab tampaknya para ahli kosmologi tengah memberikan
bukti ilmiah bahwa alam semesta memiliki permulaan“. Banyak ilmuwan yang secara
tidak buta menempatkan dirinya sebagai atheis telah mengakui peranan pencipta
yang maha perkasa dalam penciptaan alam semesta, mereka adalah : Newton,
Keppler, Koppernik, Hubble, Einstein. Pencipta ini haruslah zat yang telah
mencipta materi dan waktu, namun tidak terikat oleh keduanya. Ahli astro fisika
terkenal Hugh Ross mengatakan :“Jika permulaan waktu terjadi bersamaan dengan
permulaan alam semesta, sebagaimana pernyataan teorema ruang, maka penyebab
terbentuknya alam semesta pastilah sesuatu yang bekerja pada dimensi waktu yang
sama sekali tak tergantung dan lebih dulu ada dari dimensi waktu alam semesta
itu sendiri. Tuhan tidak pula berada di alam semesta“. Kesimpulan ini
memberitahu kita bahwa Tuhan bukanlah alam semesta itu sendiri, dan Tuhan tidak
pula berada di alam semesta !!. Begitulah materi diciptakan oleh sang maha
pencipta yang tidak terikat oleh keduanya. Pencipta ini adalah Allah, Dialah
penguasa langit dan bumi.
Sebenarnya Big Bang telah
menimbulkan masalah yang lebih besar bagi kaum materialis dari pada pengakuan
filosof atheis Anthony Flew, sebab Big Bang tak hanya membuktikan bahwa alam
semesta diciptakan dari ketiadaan, tetapi ia juga diciptakan secara terencana,
tersusun rapi dan teratur. Big Bang terjadi melalui ledakan suatu titik yang
berisi semua materi dan enerji alam semesta serta penyebarannya ke segenap
penjuru ruang angkasa dengan kecepatan yang sangat tinggi. Dari materi dan
enerji ini muncullah keseimbangan yang sangat luar biasa yang meliputi berbagai
galaksi, bintang, matahari, bulan dan benda angkasa lainnya. Hukum alampun
terbentuk, yang kemudian disebut hukum fisika yang seragam di seluruh penjuru
alam semesta dan tidak berubah. Hukum fisika yang muncul secara bersamaan
dengan Big Bang tak berubah sama sekali selama lebih dari lima belas milyard
tahun !!.
Selain itu hukum ini didasarkan atas
perhitungan yang sangat teliti, sehingga penyimpangan satu milimeter saja dari
angka yang ada sekarang akan berakibat kehancuran dari seluruh bangunan dan
tatanan alam semesta. Semua ini menunjukkan bahwa suatu tatanan sempurna muncul
setelah Big Bang. Namun ledakan tidak mungkin memunculkan suatu tatanan
sempurna. Semua ledakan yang diketahui cenderung berbahaya, menghancurkan, dan
merusak apa yang ada. Jika kita diberitahu tentang tatanan yang sangat sempurna
setelah ledakan, kita dapat menyimpulkan ada campur tangan cerdas dibalik
ledakan ini dan segala serpihan yang berhamburan akibat ledakan ini telah
digerakkan secara sangat terkendali, informasi ini telah disebutkan dalam
Al-Quran 15 abad yang lalu dalam Surah Al-Qamar ayat 49 :”Sesungguhnya Kami
menciptakan segala sesuatu dengan ukuran” Pernyataan Fred Hoyle yang telah
bertahun-tahun menentangnya mengungkapkan dengan jelas :
“Teori Big Bang menyatakan bahwa
alam semesta berawal dari ledakan tunggal. Tapi sebagaimana diketahui, ledakan
hanya menghancurkan meteri berkeping-keping, sementara Big Bang secara
misterius menghasilkan dampak yang berlawanan, yakni misteri yang saling
bergabung membentuk galaksi-galaksi”. Tidak ada keraguan jika suatu tatanan
sempurna muncul melalui suatu ledakan, maka harus diakui bahwa campur tangan
pencipta berperan disetiap saat dalam ledakan ini. Hal lain dari tatanan luar
biasa yang terbentuk di alam menyusul peristiwa Big Bang ini adalah penciptaan
alam semesta yang dapat dihuni. Persyaratan bagi suatu planet yang layak huni
sungguh sangat banyak dan rumit, sehingga mustahil beranggapan bahwa
pembentukan ini bersifat kebetulan. Setelah melakukan perhitungan tentang
kecepatan mengembangnya alam semesta, Paul Davies berkata : “Bahwa kecepatan
ini memiliki ketelitian yang sungguh tak terbayangkan. Perhitungan jeli menempatkan
kecepatan pengembangan ini sangat dekat pada angka kritis yang dengannya alam
semesta akan terlepas dari gravitasinya dan mengembang selamanya. Sedikit lebih
lambat dan alam mini akan runtuh, sedikit lebih cepat dan keseluruhan matahari
alam semesta sudah berhamburan sejak dulu.
Big Bang bukanlah sekedar ledakan zaman dulu,
tapi ledakan yang terencana dengan sangat cermat”. Stephen Hawking dalam
bukunya “The Brief History of Time” menyatakan : Bahwa alam semesta dibangun
dengan perhitungan dan keseimbangan yang sangat akurat dari yang dapat kita
bayangkan. Dengan merujuk pada kecepatan mengembangnya alam semesta, Hawking
berkata : “Jika kecepatan pengembangan ini dalam satu detik setelah Big Bang
berkurang meski hanya sebesar satu per seratus ribu juta juta, alam semesta ini
akan telah runtuh sebelum pernah mencapai ukuran seperti sekarang”. Paul Davies
juga menjelaskan akibat tak terhindarkan dari keseimbangan dan perhitungan yang
luar biasa akuratnya ini : “Adalah sulit menghindarkan kesan bahwa tatanan alam
semesta sekarang yang terlihat begitu peka terhadap perubahan angka sekecil
apapun, telah direncanakan dengan sangat teliti. Kemunculan serentak
angka-angka yang tampak ajaib ini, yang digunakan alam sebagai
konstanta-konstanta dasarnya, pastilah menjadi bukti paling meyakinkan adanya
perancangan alam semesta”.
George Greenstein dalam bukunya
yang berjudul “The Symbolic of Universe“ menyatakan :”Ketika kita mengkaji
suatu bukti yang ada, pemikiran yang senantiasa muncul adalah bahwa kekuatan
supranatural pasti terlibat”. Singkatnya saat meneliti tatanan mengagumkan pada
alam semesta akan kita pahami bahwa cara kerjanya bersandar pada keseimbangan
yang sangat peka dan tatanan yang sangat rumit untuk dijelaskan oleh peristiwa
kebetulan. Sebagaimana dimaklumi tidaklah mungkin keseimbangan dan tatanan luar
biasa ini terbentuk dengan sendirinya dan secara kebetulan melalui suatu
ledakan raksasa. Pembentukan tatanan semacam ini menyusul ledakan seperti Big
Bang adalah suatu bukti nyata adanya penciptaan supra natural. Rancangan dan
tatanan tanpa tara di alam semesta ini tentulah membuktikan keberadaan pencipta
beserta ilmu, keagungan dan hikmahnya yang tak terbatas, yang telah menciptakan
materi dari ketiadaan dan yang berkuasa mengaturnya tanpa henti. Pencipta ini
adalah Allah, Tuhan seru sekalian alam.